Sekitar 3-4 minggu lalu, dalam waktu hampir bersamaan, ada 2 orang yang menawarkan “proyek” meng-SEO-kan situs mereka. Dengan bayaran tentunya. Kondisinya kedua situs yang ingin di-SEO-kan sejenis: sama-sama mentarget pasar lokal dan sama-sama memiliki saingan sekitar 50,000 - 100,000 untuk kata kunci utama. Alih-alih menerima tawaran-tawaran yang menggiurkan itu, saya menolaknya dan menganjurkan mereka untuk do it yourself. Inti yang saya sarankan hanya satu, perbanyak backlink berkualitas. Bisa dari situs social bookmark (yang tidak di no-follow), menebar komentar di blog, maupun dengan membuat dummy blog. Itu saja.
Reaksi kedua orang tersebut, sebut saja si A dan si B, berbeda.
Si A memilih untuk memaki-maki saya dan menuduh saya pelit untuk berbagi ilmu SEO. Belum puas, ia juga meninggalkan kata-kata kasar di blog ini. Untungnya kena jeratan akismet, hehehe.
Si B memilih untuk melakukan sesuai apa yang saya sarankan. 2 minggu kemudian, situsnya sudah nangkring di posisi 1-3 untuk hampir semua kata kunci yang ia kejar.
Moral dari cerita singkat ini, tidak ada rahasia apa pun dalam ber-SEO. Semua yang perlu Anda ketahui sebenarnya sudah tersaji di internet, termasuk di blog ini *promosi mode ON* Yang menjadi masalah tinggal sejauh mana Anda mau berusaha untuk memanfaatkan tehnik-tehnik SEO tersebut, serta jalan mana yang Anda pilih — jalan hitam atau putih.
Dan satu lagi, daripada membuang uang untuk menggaji saya untuk meng-SEO-kan situs Anda, sebaiknya berusahalah sendiri. Begitu Anda terbiasa dan merasakan sendiri hasilnya, berikutnya segalanya akan terasa mudah kok. Dijamin.
Story Marketing
Beberapa buku kepemimpinan mencatat suksesnya para pimpinan perusahaan dalam meningkatkan kinerja dan loyalitas karyawannya melalui cerita. Ya, hanya bermodal cerita. Bukan yang fiktif tentunya, namun yang benar-benar terjadi dan berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan perusahaan tersebut. Salah satunya adalah Medtronic, sebuah perusahaan yang fokus di bidang kedokteran / medis. Kisah keberhasilan produk mereka dalam membantu menyelamatkan hidup orang lain berulang kali disematkan dalam benak puluhan ribu karyawan Medtronic. Alhasil, tidak hanya yang berinteraksi langsung dengan pasien saja yang dapat merasakan emosi dan perasaan orang-orang yang memanfaatkan produk mereka, bahkan karyawan sekelas manajer yang jarang berhadapan langsung dengan dokter atau pun pasien pun turut merasa bahagia apabila ada satu nyawa lagi yang berhasil diselamatkan.
Seperti dikutip dari buku “Around The Corporate Campfire” karangan Evelyn Clark (terjemahan bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia, Januari 2007):
Jelas bahwa prestasi itu membuat para pemimpin dan pemegang saham Medtronic sangat bersemangat. Namun, itu bukanlah tujuan sesungguhnya mengapa para pegawai perusahaan ini datang bekerja setiap hari dengan bersemangat. Sumber antusiasme mereka dapat ditelusuri melalui beragam cerita, seperti yang dikisahkan beberapa tahun lalu di program liburan oleh seorang pria. Nyawa pria ini juga diselamatkan oleh perangkat pacu jantung Medtronic. Anaknya bekerja di Medtronic, bukan sebagai ilmuwan atau petugas penjualan, namun sebagai seorang manajer yang tidak terbiasa berinteraksi dengan para pasien atau dokter.
“Pada suatu malam, setelah beberapa lama bekerja di Medtronic, ia menelpon ke rumah,” ujar sang ayah kepada para hadiran. Mereka mengobrol, hingga kemudian anaknya berkata pelan, “Papa, hari ini aku menyelamatkan nyawa seseorang.”
Jelas sudah bahwa rangkaian kata yang bersumber dari kejadian nyata memiliki kekuatan untuk mempengaruhi atau mengubah pikiran dan memotivasi seseorang. Dalam banyak pengaplikasian, hasil akhir yang tercapai tidak hanya meningkatnya motivasi karyawan terhadap apa yang mereka kerjakan, namun juga turut mendongkrak hasil penjualan produk mereka.
Inilah yang dinamakan dengan Story Marketing atau pemasaran berbasis cerita.
Dalam internet business, Story Marketing dapat dianggap sebagai percabangan dari Article Marketing. Contohnya mudah, lihat saja sales page produk-produk digital yang bertebaran di dunia maya. Rata-rata menceritakan pengalaman mereka dan juga manfaat yang mereka dapatkan setelah menggunakan produk tersebut. Ini ditambah pula dengan disertakannya beberapa testimoni yang mendukung.
Namun, berbeda dengan Article Marketing yang lebih memanfaatkan layanan-layanan article directory, Story Marketing justru akan lebih optimal hasilnya apabila diaplikasikan melalui blog atau forum. Atau komunitas lah pada intinya. Dengan berbagi cerita dan pengalaman kepada komunitas kita, maka tingkat awareness mereka terhadap produk yang kita ceritakan akan bertambah. Syukur-syukur kalau nantinya terjadi konversi.
Permasalahnnya, di Indonesia saat ini kebanyakan masih berfokus pada Article Marketing. Yang memanfaatkan media blog pun jarang sekali yang menulis berdasarkan pengalaman pribadi mereka. Kebanyakan hanya mempromosikan, bukan merekomendasikan. Tahu bedanya kan? :)
Misalnya begini:
- Join program affiliate XXX yuk, banyak produknya dan minimum payoutnya cuman $10. Daftarnya lewat referral link-ku yah.
- Kemarin aku baru daftar program affiliate XXX. Ternyata lumayan, banyak pilihan produknya. Setelah aku baca-baca lagi, minimum payoutnya juga cuman $10. Kayaknya perlu nih untuk dicoba. Ada yang mau coba bareng?
Jelas terlihat kan yang mana yang promosi dan yang mana yang merekomendasi?
Sayangnya, pasar Indonesia juga masih perlu diedukasi lagi untuk tidak gampang terpesona oleh strategi pemasaran yang mengandalkan angka dicetak tebal dan screenshot yang tampak asli. Sekali lagi, mana yang sekedar berpromosi untuk mendapat komisi dan mana yang merekomendasi secara jujur harus jeli dibedakan. Yang jelas tidak perlu down dan bunuh diri kalau Anda pernah jadi korban penipuan sales page, karena saya juga berulang kali pernah mengalaminya, hehehe.
Intinya, jika Anda memiliki sebuah blog, terutama blog bisnis, terapkanlah Story Marketing dengan sebaik-baiknya. Honest and based on true experience itu yang utama. Percayalah, keduanya akan membawa hasil yang optimal.
Eh, tapi jangan lupa untuk membangun komunitas terlebih dahulu yah :)
Optimasi Plugin bStat Dengan Memanfaatkan Remote Database
Entah sudah keberapa kalinya beban akses database saya dipermasalahkan oleh pihak hosting. Penyebabnya selalu sama, plugin bStat yang bak pisau bermata dua. Di satu sisi ia dapat membantu meningkatkan trafik natural ke situs kita, namun di sisi lain, pemakaian sumber daya databasenya yang lumayan besar membuat banyak web hosting enggan memberi ijin. Salah satunya yang cukup paranoid terhadap bStat adalah Dreamhost. Jadi jangan kaget kalau tiba-tiba plugin tersebut di-disable tanpa pemberitahuan oleh staff Dreamhost apabila kita nekat menggunakannya (terutama untuk situs yang berpengunjung lumayan ramai).
Sedikit curhat, setelah sempat menjadi kaum nomaden (alias pindah-pindah hosting) gara-gara bStat, beberapa waktu lalu saya sempat menemukan cara yang saya rasa bakal membuat keberadaan situs saya di satu web hosting menjadi permanen. Idenya sederhana, letakkan file-file Wordpress di satu server hosting dan databasenya di server hosting lain yang mendukung remote access.
Cara ini sempat langgeng selama beberapa bulan.. sebelum akhirnya pesan peringatan yang membosankan itu muncul kembali. Lagi-lagi penggunaan bStat tiba di satu titik dimana aksesnya terlalu membebani server. Akibatnya, selama 2 hari terakhir salah satu situs kesayangan saya tidap dapat beraksi menyumbang dolar karena databasenya terkena skors (baca: suspended). Untuk berpindah hosting jelas tidak semudah membalikkan telapak tangan karena ukuran database saya mencapai 500MB (85%-nya adalah tabel-tabel milik bStat).
Namun mungkin pepatah lama itu benar apa adanya. Apabila menghadapi suatu masalah pelik yang mendesak, manusia akan dapat berpikir dan bekerja lebih cepat dari biasanya. Tiba-tiba saja terlintas untuk "memodifikasi" tehnik remote database sebelumnya dan menggunakan database sekunder (yang terletak di server hosting lain) khusus untuk menyimpan tabel-tabel milik bStat saja. Dengan cara ini, setidaknya beban akses database di server sekunder tersebut jauh berkurang.
Untuk implementasinya, pada dasarnya kita cukup membuat instance baru dari class WPDB (yang menangani pengaksesan database) bawaan Wordpress. Sayangnya, entah kenapa, penciptaan instance ini tidak bisa dilakukan melalui plugin (mengakibatkan fatal error), sehingga satu-satunya cara adalah dengan meng-hack core script dari Wordpress.
Berikut ini langkah-langkahnya:
- Siapkan database sekunder Anda (yang terletak di server hosting sekunder). Pindahkan tabel-tabel bStat (lupa namanya, ada 2 tabel dan nama keduanya berawalan "bstat_") ke dalam database sekunder tersebut.
- Buka file wp-includes/wp-db.php. Di bagian akhir, sebelum baris berikut: PHP:
- ?>
tambahkan:
- $wpdb2 = new wpdb(user, pass, dbname, host);
Sesuaikan nilai user, pass, dbname, dan host dengan informasi login database Anda di server hosting sekunder. Simpan file / upload.
Tidak terlalu sulit bukan? Dengan sedikit susah payah di atas, sekarang Anda dapat tetap memanfaatkan keajaiban plugin bStat dan sedikit memperingan tugas SEO Anda (meskipun harus berkorban sedikit uang untuk menyewa server hosting tambahan).
Semoga bermanfaat :)
0 komentar:
Post a Comment