Bagian kedua dari artikel mini seri Direct Advertising akan membahas lebih jauh tentang pengimplementasian konsep Direct Advertising. Hampir semua topik yang dibicarakan berikut ini berasal dari masukan teman-teman pada kolom diskusi artikel Direct Advertising bagian pertama lalu (bagi yang menanyakan cara install script OpenAds / OpenX, sabar yah, tunggu giliran). So, sebelum dimulai, saya ucapkan terima kasih atas sambutan dan tanggapan dari teman-teman sekalian, dan semoga, artikel mini seri ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Kondisi Kondusif Untuk Memulai Direct Advertising
Kalau ditanya kapan persisnya kita harus mulai menawarkan spot iklan di situs atau blog kita, terus terang saya sendiri tidak tahu pasti jawabnya. Tapi menurut kacamata gaib saya, kondisi yang paling tepat untuk mulai memasukkan unsur direct advertising ke dalam blog adalah setelah blog Anda berada dalam kondisi “aktif” dan “bergairah“. Dalam artian, pengunjung yang datang tidak sekedar membaca artikel dan kemudian pulang ke rumah masing-masing, namun juga berkomentar dan memberi kritik atau masukan terhadap artikel tersebut.
Bagaimana dengan jumlah pengunjung? Apakah dapat dijadikan patokan?
Untuk saat ini YA, karena terus terang advertiser lokal (termasuk corporate) masih sering bolos dalam mata kuliah analisa pengunjung. Situs atau blog yang trafiknya besar otomatis dibayangkan dapat menghasilkan sales yang besar bagi produk mereka. Nyatanya? Perlu diperhatikan pula asal muasal pengunjung dan apa sebenarnya minat mereka.
Contoh sederhana. Suatu blog menulis tentang “forex”. Entah kenapa, terjadi kecelakaan yang menyebabkan 95% pengunjung datang melalui kata kunci yang berhubungan dengan “monyet biru“. Tanpa pikir panjang, seorang advertiser mengiklankan software forex-nya di situs tersebut dengan harapan akan banyak pengunjung yang datang dan membeli softwarenya. Padahal, yang tertarik dengan forex hanyalah 5% saja dari total pengunjung yang datang.
Nah untuk ke depannya, sah-sah saja untuk menggenjot jumlah pengunjung. Namun yang perlu diingat, kualitas pengunjung adalah yang utama. Kecelakaan boleh-boleh saja (namanya juga kecelakaan kan?), namun usahakan agar porsi pengunjung yang datang dengan minat sesuai topik blog atau situs yag bersangkutan jumlahnya jauh lebih besar. Lebih baik lagi apabila sebagian besar pengunjung tersebut adalah loyal visitor atau Pengunjung Berbasis Komunitas (PBK). Dan apabila komunitas sudah terbentuk, itu lah saat yang paling tepat untuk mulai mencari nafkah melalui direct advertising.
Selain itu, beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan:
- Pengunjung (unique visitor) per hari di atas 100.
- Rutinitas update, setidaknya 2-3 kali dalam seminggu.
- Tidak ada iklan dari jaringan iklan lain seperti Google AdSense, Adbrite, dan lain-lain. Kalau pun ada, letaknya lebih inferior atau di bawah Direct Ads yang kita tawarkan.
- Alexa Rank, setidaknya di bawah 500,000.
- Return visitor / loyal visitor, setidaknya 25% dari keseluruhan pengunjung.
- Pengunjung nyasar (tidak sesuai topik), kurang lebih 25% maks.
- Layout situs yang menarik dan tidak terkesan “kotor”. Rame boleh, asal bersih.
Posisi Menentukan Prestasi
Apakah Anda mau membeli spot iklan yang letaknya di pojok kanan bawah halaman — jauh di bawah setelah melewati setumpuk badge norak? Tidak kan? Sama, saya juga tidak. Begitu pula pemasang iklan yang lain. Kecuali jika mereka sedang stress, hehehe.
Pada saat Anda memutuskan untuk menerima direct ads, Anda harus paham bahwa situs atau blog Anda telah memiliki sebuah komunitas baru. Advertiser. Dan antara komunitas pemasang iklan dengan pengunjung harus lah tercipta kondisi yang saling menguntungkan. Simbiosis mutualisme kalau dulu guru sejarah bilang.
Beberapa waktu lalu, ruang kosong di bagian kiri atas blog ini ditawar seseorang. Meskipun saya yakin beliau mau membayarnya dengan harga mahal, saya tetap tidak melepasnya. Bagi saya, lebih baik tempat itu kosong (dalam konsep desain kalau tidak salah ada prinsip empty space atau apa lah itu namanya) dan terlihat aneh daripada terisi namun menganggu pengunjung.
So, aturan dasar mengenai posisi spot direct ads sudah jelas. Jangan sampai letak iklan tersebut mengganggu kenyamanan pengunjung.
Kalau hanya berpegang pada aturan di atas tentu advertiser akan merasa rugi. Nah itu sebabnya ada aturan yang kedua. Yaitu, letakkan iklan pada posisi yang strategis dan PASTI terlihat oleh pengunjung.
Contoh paling gampang adalah dengan meletakkan iklan pada bagian atas sidebar dan akhir artikel. Setiap pengunjung yang datang dan membaca artikel kita pasti akan melewati kedua tempat tersebut. Dan akibatnya, iklan yang berada di sana 99% akan terbaca atau terlihat. Urusan iklan tersebut diklik atau tidak bukan sepenuhnya urusan kita, karena juga bergantung pada sisi eye-catching dari iklan yang bersangkutan.
Money Talks
Seperti sudah saya jawab pada diskusi di bagian pertama (komentar ini dan ini), tidak ada patokan khusus mengenai harga iklan yang bisa Anda tawarkan. Zuka-zuka Anda saja. Mau mahal, mau murah, terserah saja.
Kalau pun ingin sedikit ribet, kualitas trafik rasanya bisa dijadikan pertimbangan. Personal blog yang topiknya gado-gado dan, ya itu, personal, tentunya terasa aneh apabila menawarkan spot iklan dengan harga mahal (walaupun bukan berarti tidak akan ada yang beli). Sebaliknya, blog yang niched, dengan topik yang kebetulan persaingannya berdarah-darah, kemungkinan besar akan jadi incaran advertiser dan wajar saja untuk ditawarkan spotnya dengan harga agak mahal.
Dan satu lagi, jika Anda menawarkan multiple ads, alias spot iklan dengan berbagai variasi format dan posisi, jangan lupa untuk memberi label harga bertingkat, dimana iklan dengan posisi lebih prioritas atau format yang lebih mencolok diberi nilai jual yang lebih tinggi. Begitu pula sebaliknya.
0 komentar:
Post a Comment